Senin, 13 Juni 2016

WAJAH PENDIDIKAN INDONESIA


UINSA Newsroom, Rabu (25/5/2016); Di minggu terakhir Bulan Mei, isu-isu pendidikan masih menjadi sorotan. Kali ini, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Sunan Ampel Surabaya menggelar Dialog Publik dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada acara Pekan Pendidikan Jawa Timur 2016 bertemakan ‘Wajah Pendidikan Indonesia’. Bekerjasama dengan Pengurus Wilayah Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (PWNU) Jatim, acara digelar di Gedung Sport Center and Multipurpose UIN Sunan Ampel Surabaya, Rabu, 25 Mei 2016 dan dihadiri mahasiswa dari berbagai kampus di Surabaya dan Sidoarjo.

Acara yang dikonsep menyerupai talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC) yang ditayangkan di salah satu televisi nasional tersebut menghadirkan beberapa pembicara dari kalangan praktisi pendidikan di Jawa Timur (Jatim). Dipandu moderator Dr Suko Widodo, M.Si, Pakar Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya, dialog dibuka dengan pemaparan masing-masing narasumber. Dimulai dari Prof. Dr. Mudjito, M.Si., Mantan Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Kemdikbud RI, dilanjutkan Prof DR Murtadlo, M.Pd, Guru Besar Universitas Negeri Surabaya,  Dr. Ir. Wahid Wahyudi, MT, Kepala Dinas Perhubungan Prov Jatim, juga Prof. Zainuddin Maliki, Ketua Dewan Pendidikan Jatim dan Drs. Hudiyono, M.Si., Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Perguruan Tinggi (Dimenjur dan Perti) Dinas Pendidikan Prov Jatim.

Acara yang juga dihadiri Prof DR Ali Maschan Moesa, Ketua PWNU Jatim sekaligus Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini berlangsung menarik, diselingi guyonan-guyonan segar ala Cak Suko-panggilan akrab Dr Suko Widodo. Dalam statement pembukanya, Cak Suko menyoroti bagaimana pengelolaan pendidikan nasional yang masih terbilang kalah dibandingkan negara berkembang lainnya. Beliau mencontohkan pendidikan di Korea misalnya. Negara Korea sepenuhnya memberikan dukungan kepada para pelajarnya untuk belajar hingga ke luar negeri. Dengan harapan ketika mereka kembali mereka bisa membawa keilmuannya untuk mengembangkan dan memajukan negaranya.

Menanggapi hali itu, Prof Murdjito dalam paparannya menekankan, kebijakan pendidikan harus dilakukan dengan benar agar output yang dihasilkan pun benar. Pemerintah dalam hal ini telah berupaya memberikan kesetaraan fasilitasi untuk setiap jenjang pendidikan. Sebagaimana dijelaskan Drs. Hudiyono terkait fasilitasi Prov Jatim dengan menyediakan SMK Mini di Pesantren, adanya Beasiswa Guru Madrasah Diniyah dan lain-lain.

Memperkuat apa yang disampaikan Prof Mudjito, Prof Murtadlo menyadari sepenuhnya bahwa saat ini pendidkan berkualitas memang masih cenderung mahal. Sebab, pemerintah baru bisa mengalokasikan dana sekitar 20 persen dari anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun beliau yakin, dengan itikad baik dan tanpa korupsi dana itu akan cukup untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia. “Kita berharap dan optimis bahwa ketika nanti income negara lebih besar, negara juga bisa menambah alokasi dananya untuk pendidikan.” Ujar Prof Murtadlo.

Sementara itu, terkait pendidikan secara lebih spesifik Prof Zainuddin Maliki menyoroti penyelenggaraan kurikulum-13 (K-13). Beliau menilai, K-13 memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pengaplikasiannya. Kelebihannya, K-13 terbukti lebih tegas dalam menentukan standar kelulusan siswa. Namun K-13 cenderung kurang dalam upaya pencerdasan afeksi (Pendidikan karakter).

“Terlalu banyak mata pelajaran yang harus diajarkan. Sehingga guru hanya sibuk dengan urusan administratif,” tutur Prof Zainuddin Maliki. Hal itu juga yang disinyalir menjadi penyebab lemahnya sistem pendidikan nasional. Dimana pendidikan cenderung hanya memberikan pengetahuan bukannya ilmu yang bermanfaat. “Belajar itu seharusnya bukan sekedar learning to know. Tapi juga learning to do berikutnya learning to be dan terakhir learning together. Inilah yang saya sebut deep learning. Jadilah pelajar, sarjana, dan manusia seutuhnya bukan seolah-olah,” tukas Prof Zainuddin menganalogikan.

Dalam kesempatan berikutnya, Kadishub Jatim yang juga pemerhati pendidikan, Ir. Wahid Wahyudi banyak memberikan motivasi kepada peserta dialog terutama kalangan mahasiswa. “Kita percaya bahwa jodoh, rejeki dan mati, telah digariskan Tuhan. Tapi hati-hati memaknai kata digariskan. Tuhan juga memberi kita otonomi untuk berusaha merubah keberadaan kita. Sehingga tetaplah bersemangat mempersiapkan diri. Yakin bahwa mereka yang memiliki profesionalisme akan selalu memiliki peluang dalam hidupnya,” pungkas Ir. Wahid Wahyudi menyemangati. (Nur/Humas)

Referensi: http://www.uinsby.ac.id/news/id/12520/wajah-pendidikan-indonesia

0 komentar:

Posting Komentar