Minggu, 24 April 2016

Mono Dan Tekat Bajanya


Sudah setengah abad umurnya, si bapak masih bergelut di dunia bisnis peternakan. Dahulu semenjak masih ada cak rohim, si bapak tak terlalu kepayah mengurusi ternaknya. Namun, kini si bapak dirunduh gelisah. Ketiadaan cak rohim membuatnya bekerja lebih keras kembali, mengurusi semua ternaknya sendiri yang tidak sedikit jumlahnya.

Dan kini si bapak sudah merasa kembali tenang, semenjak mono datang di ruang kehidupannya. Berimajinasi menikmati hasil kerja kerasnya sewaktu dulu, dari nol, hingga pecah bertumbuh menjadi ratusan ekor bebek.

Imajinasi menuntunya ke masa tua, menyeduh kopi hitam sewaktu pagi diteras rumah, menonton televisi semaunya, tanpa batas, tanpa jeda, tanpa ada waktu yang menjeratnya.

Imajinasi tetaplah imajinasi, berkhayal terus tidak akan menyelesaikan pekerjaan. Tubuhnya yang semakin keriput dan mulai memutihnya rambut, Ia tak pernah lupakan ibadahnya kepada sang penguasa alam semesta.

Ia yakin, segala yang ia dapatkan hari ini bukan sekedar hanya jerih payahnya yang pantang menyerah itu, namun ada campur tangan tuhan yang memudahkan segala urusan dalam tercapainya kesuksesan.

Mono, adalah anak muda yang masih ingusan, tubuhnya yang kurus membuatnya terlihat tak seperti anak terurus. Namun tekatnya menjadi pembisnis muda yang sukses tak pernah sulut. Saat ini dia menduduki bangku kuliah semester awal, mengambil jurusan ekonomi.

Cita-cita mono tak lain hanyalah membahagiakan kedua orang tuanya. Maka baginya sukses itu wajib, agar mudah mendapatkan apa yang ia inginkan dan cita-citakan. Dan memberangkatkan orang tuanya ke tanah suci impian.

Setiap hari, mono membantu sambil belajar di peternakan bebek milik si bapak. Sebelum berangkat ke kampus ia menyempatkan waktunya 30 menit sekedar mengambil telur-telur yang masih hangat. Lalu sesegera mungkin menempuh 12 km berangkat kekampusnya.

Waktunya disibukkan dengan belajar dan bekerja, di sela-sela waktu kosongnya, dia suka menulis artikel artikel yang dikirim di blog nya. Tidak hanya itu, dia juga hobi berolahraga, setiap paginya, ia meluangkan waktu untuk jogging di pagi hari sebelum berangkat kuliah.

Karena sehat itu cerminan orang kuat. Dan muslim yang kuat lebih Allah cintai dari pada muslim yang lemah. Mungkin alasan ini yang membuat mono merutinkan olahraganya itu.

Dua pekan sudah mono membantu si bapak mengurusi ternaknya, tubuhnya yang dulu kering kerontang kini mulai berangsur terisi. Mono lebih doyan makan dan rutin berolahraga. Sehingga badannya bertumbuh sedikit demi sedikit.

Senin pagi di halaman depan fakultas, mono melihat kertas pamphlet yang di tempel rekat di madding kampus, ia melihat tulisan yang mencolok matanya. “Lomba Enterpreneur Muda” memperingati hari pemuda.

Tak berfikir lama, dia langsung mencatat contak person yang ada, dan segera mengirim pesan untuk mendaftar kan diri di lomba itu. Ia merasa bahwa pession nya menjadi entrepreneur muda akan terwujudkan dengan kerja keras, cerdas, dan ikhlas.

Tiga hari berlalu setelah ia mendaftarkan diri pada senin pagi, besoknya ia harus berkompetisi mewujudkan mimpinya lewat lomba itu, dengan sedikit cemas ia tegarkan tekatnya. Bahwa aku pasti bisa, dengan kerja keras di iringi doa.

Pagi harinya sebelum lomba tiba, ia mengahampiri si bapak yang sedang duduk di teras rumah. Mono cium tangannya dengan halus meraba, ia meminta doa restu kepadanya, agar didoakan berhasil meraih juara.

“Rendah diri dan doa restu orang tua merupakan kunci dari keberhasilan, maka jangan pernah sekalipun lupa untuk memintanya sebelum hendak berlomba,” begitu ujar mono atas keyakinannya.

Dan akhirnya, mono meraih juara. Mimpinya menjadi entrepreneur muda semakin didepan mata. Atas keberhasilannya ini mono mendapat apresiasi dari si bapak. Dengan bangga ia memeluk mono dan meneteskan air mata kebahagiaan.

Walapun si bapak bukan orang tua kandung mono, si bapak tetap bangga kepadanya. Mono sudah dianggap anak kandungnya sendiri sejak pertama mengenalnya.

Dan mono membuktikan itu, si bapak tidak salah memilih menjadikannya anak asuh, yang juga akan mendapatkan tugas berat suatu saat nanti, untuk mengurusi bisnis penernakannya.

Mono bukan anak manja yang setiap hari nya diberikan uang saku ratusan ribu, bukan juga anak yang difasilitasi berbagai alat canggih. Mono anak sederhana, dengan tekat baja.

Dia menjadi putra bapak yang akan meneruskan bisnis peternakan besar itu dengan gagah, dan mengejar mimpi-mimpinya dengan kerja kerasnya sendiri.

Oleh: Zain