Sudah setengah abad umurnya, si bapak masih bergelut di dunia
bisnis peternakan. Dahulu semenjak masih ada cak rohim, si bapak tak terlalu
kepayah mengurusi ternaknya. Namun, kini si bapak dirunduh gelisah. Ketiadaan
cak rohim membuatnya bekerja lebih keras kembali, mengurusi semua ternaknya sendiri
yang tidak sedikit jumlahnya.
Dan kini si bapak sudah merasa kembali tenang, semenjak mono
datang di ruang kehidupannya. Berimajinasi menikmati hasil kerja kerasnya
sewaktu dulu, dari nol, hingga pecah bertumbuh menjadi ratusan ekor bebek.
Imajinasi menuntunya ke masa tua, menyeduh kopi hitam sewaktu
pagi diteras rumah, menonton televisi semaunya, tanpa batas, tanpa jeda, tanpa
ada waktu yang menjeratnya.
Imajinasi tetaplah imajinasi, berkhayal terus tidak akan
menyelesaikan pekerjaan. Tubuhnya yang semakin keriput dan mulai memutihnya
rambut, Ia tak pernah lupakan ibadahnya kepada sang penguasa alam semesta.
Ia yakin, segala yang ia dapatkan hari ini bukan sekedar
hanya jerih payahnya yang pantang menyerah itu, namun ada campur tangan tuhan
yang memudahkan segala urusan dalam tercapainya kesuksesan.
Mono, adalah anak muda yang masih ingusan, tubuhnya yang
kurus membuatnya terlihat tak seperti anak terurus. Namun tekatnya menjadi
pembisnis muda yang sukses tak pernah sulut. Saat ini dia menduduki bangku
kuliah semester awal, mengambil jurusan ekonomi.
Cita-cita mono tak lain hanyalah membahagiakan kedua orang
tuanya. Maka baginya sukses itu wajib, agar mudah mendapatkan apa yang ia
inginkan dan cita-citakan. Dan memberangkatkan orang tuanya ke tanah suci
impian.
Setiap hari, mono membantu sambil belajar di peternakan bebek
milik si bapak. Sebelum berangkat ke kampus ia menyempatkan waktunya 30 menit
sekedar mengambil telur-telur yang masih hangat. Lalu sesegera mungkin menempuh
12 km berangkat kekampusnya.
Waktunya disibukkan dengan belajar dan bekerja, di sela-sela
waktu kosongnya, dia suka menulis artikel artikel yang dikirim di blog nya.
Tidak hanya itu, dia juga hobi berolahraga, setiap paginya, ia meluangkan waktu
untuk jogging di pagi hari sebelum berangkat kuliah.
Karena sehat itu cerminan orang kuat. Dan muslim yang kuat
lebih Allah cintai dari pada muslim yang lemah. Mungkin alasan ini yang membuat
mono merutinkan olahraganya itu.
Dua pekan sudah mono membantu si bapak mengurusi ternaknya,
tubuhnya yang dulu kering kerontang kini mulai berangsur terisi. Mono lebih
doyan makan dan rutin berolahraga. Sehingga badannya bertumbuh sedikit demi
sedikit.
Senin pagi di halaman depan fakultas, mono melihat kertas pamphlet
yang di tempel rekat di madding kampus, ia melihat tulisan yang mencolok
matanya. “Lomba Enterpreneur Muda” memperingati hari pemuda.
Tak berfikir lama, dia langsung mencatat contak person yang
ada, dan segera mengirim pesan untuk mendaftar kan diri di lomba itu. Ia merasa
bahwa pession nya menjadi entrepreneur muda akan terwujudkan dengan kerja keras,
cerdas, dan ikhlas.
Tiga hari berlalu setelah ia mendaftarkan diri pada senin
pagi, besoknya ia harus berkompetisi mewujudkan mimpinya lewat lomba itu,
dengan sedikit cemas ia tegarkan tekatnya. Bahwa aku pasti bisa, dengan kerja
keras di iringi doa.
Pagi harinya sebelum lomba tiba, ia mengahampiri si bapak
yang sedang duduk di teras rumah. Mono cium tangannya dengan halus meraba, ia
meminta doa restu kepadanya, agar didoakan berhasil meraih juara.
“Rendah diri dan doa restu orang tua merupakan kunci dari
keberhasilan, maka jangan pernah sekalipun lupa untuk memintanya sebelum hendak
berlomba,” begitu ujar mono atas keyakinannya.
Dan akhirnya, mono meraih juara. Mimpinya menjadi
entrepreneur muda semakin didepan mata. Atas keberhasilannya ini mono mendapat
apresiasi dari si bapak. Dengan bangga ia memeluk mono dan meneteskan air mata
kebahagiaan.
Walapun si bapak bukan orang tua kandung mono, si bapak tetap
bangga kepadanya. Mono sudah dianggap anak kandungnya sendiri sejak pertama
mengenalnya.
Dan mono membuktikan itu, si bapak tidak salah memilih
menjadikannya anak asuh, yang juga akan mendapatkan tugas berat suatu saat
nanti, untuk mengurusi bisnis penernakannya.
Mono bukan anak manja yang setiap hari nya diberikan uang
saku ratusan ribu, bukan juga anak yang difasilitasi berbagai alat canggih.
Mono anak sederhana, dengan tekat baja.
Dia menjadi putra bapak yang akan meneruskan bisnis
peternakan besar itu dengan gagah, dan mengejar mimpi-mimpinya dengan kerja
kerasnya sendiri.
Oleh: Zain
Oleh: Zain