Rabu, 06 April 2016

Titik Balik Seorang Hamba



Pria ini dilahirkan dengan nama popular uje, nama aslinya adalah Jefri Al Bukhori. Lahir di Jakarta, 12 April 1973, kehidupan uje penuh dengan dinamika. Dimasa mudanya, uje sudah akrab dengan narkoba saat dibangku SMA. Dia sering kabur dan pergi tidak jelas, ia mengenal dunia ini di usia 16 tahun. Baginya saat ini diskotek lebih menarik dari sekolah dan apapun.

Setelah lulus SMA uje bergelut di dunia film, ia mendapat peran dalam suatu sinetron. Saat orang tua nya tahu uje beramain film, ayahnya menentang dengan keras, karena beliau tahu dunia perfilman itu seperti apa.

Dari sini, hubungan uje dengan sang ayah makin jauh. Seiring dengan itu pula tawaran didunia peran semakin banyak. Suatu ketika sang ayah meninggal karena sakit. Bukannya ia prihatin malah justru ia menyombongkan diri dengan tidak mendengarkan nasehat siapapun.

Rumahnya yang dekat masjid tidak membawa dampak positif dalam hidupnya, hari-harinya dipenuhi narkoba dan semakin jauh dari Allah.
Suatu hari, uje bermimpi melihat jasadnya sendiri dalam kain kafan. Antara sadar dan tidak ia bertanya pada diri sendiri.

Ketakutannya kepada kematian mulai perlahan menyadarkan uje. Rasa takut mati itulah yang akhirnya membuatnya sadar bahwa ada yang tidak meninggalkannya dalam keadaan seperti itu, yaitu Allah.

Kisah diatas mungkin sebagian dari kita sering menjumpainya, seorang yang dulunya buruk namun pada akhir hidupnya ia bagaikan malaikat yang dicintai oleh Allah.

Adapun sebaliknya, ada orang yang dulunya baik nya masyallah, namun sangat disayangkan pada akhir hidupnya ia bersimbah dosa, hina dimata Allah.
Adapun hal-hal yang dapat kita ambil pelajaran dari kisah diatas:

1.     Jangan melihat seseorang sebelah mata

Banyak diantara kita yang kadang, menilai orang hanya dari fisik luarnya saja, dan sedikit dari kita yang menilai dari hati nuraninya. Padahal fisik luar itu tidak menjamin baik atau buruknya amalan. Yang menentukan adalah hatinya

Seperti kita saat melihat seorang tukang sampah, mungkin ia adalah orang yang dipandang sebelah mata. Namun dengan kerjanya itu lingkungan disekitar kita menjadi bersih dan indah.

Agama kita sudah melarang untuk meremehkan sesama muslim, agama kita mengajarkan untuk ber ukhwah dengan baik, bersaudara dengan sesama muslim lainnya.

Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.” (Al-Hujurat: 10)

Maka hendaknya kita memperlakukan sesama muslim itu layaknya saudara kita, yang saling tolong menolong dalam ketaan dan kesbaran.

2.     Jangan mudah menjastis seseorang

Kisah diatas telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua, bahawa seorang yang hina sekalipun dimata manusia, belum tentu hina dimata Allah.

Bisa jadi ia buruk dimata manusia, dengan perilaku yang tidak baik, namun dia beriman dan dicintai oleh Allah, siapa yang dapat mengotak atik jika Allah sudah cinta dengan hambanya.

Karena dalam hadist sudah dijelaskan: “Sesungguhnya  suatu amalan itu ditentukan di akhirnya.” (Al-Hadist)

Jadi, kita tidak boleh sembarangan menjastis bahwa orang ini baik, dan orang itu buruk. Bisa jadi pada awalnya ia buruk, namun pada akhirnya ia menjadi kekasih  Allah swt.

Bisa jadi juga ia di masa muda nya buruk, dengan narkoba dan minuman keras, namun pada akhir hayatnya ia bersading dengan Al-Quran nul karim dan para jamaahnya yang senantiasa mendoakan.

Wallahu a’lam bissowab


Ref       : Muslimday.net
Penulis : Zain