Pria ini dilahirkan dengan nama popular uje, nama aslinya
adalah Jefri Al Bukhori. Lahir di Jakarta, 12 April 1973, kehidupan uje penuh
dengan dinamika. Dimasa mudanya, uje sudah akrab dengan narkoba saat dibangku
SMA. Dia sering kabur dan pergi tidak jelas, ia mengenal dunia ini di usia 16
tahun. Baginya saat ini diskotek lebih menarik dari sekolah dan apapun.
Setelah lulus SMA uje bergelut di dunia film, ia mendapat peran
dalam suatu sinetron. Saat orang tua nya tahu uje beramain film, ayahnya
menentang dengan keras, karena beliau tahu dunia perfilman itu seperti apa.
Dari sini, hubungan uje dengan sang ayah makin jauh. Seiring
dengan itu pula tawaran didunia peran semakin banyak. Suatu ketika sang ayah
meninggal karena sakit. Bukannya ia prihatin malah justru ia menyombongkan diri
dengan tidak mendengarkan nasehat siapapun.
Rumahnya yang dekat masjid tidak membawa dampak positif dalam
hidupnya, hari-harinya dipenuhi narkoba dan semakin jauh dari Allah.
Suatu hari, uje bermimpi melihat jasadnya sendiri
dalam kain kafan. Antara sadar dan tidak ia bertanya pada diri sendiri.
Ketakutannya kepada kematian mulai perlahan menyadarkan uje.
Rasa takut mati itulah yang akhirnya membuatnya sadar bahwa ada yang tidak
meninggalkannya dalam keadaan seperti itu, yaitu Allah.
Kisah diatas mungkin sebagian dari kita sering menjumpainya, seorang yang dulunya buruk namun pada akhir hidupnya ia bagaikan malaikat yang dicintai oleh Allah.
Adapun sebaliknya, ada orang yang dulunya baik nya masyallah,
namun sangat disayangkan pada akhir hidupnya ia bersimbah dosa, hina dimata
Allah.
Adapun hal-hal yang dapat kita ambil pelajaran dari kisah
diatas:
1.
Jangan melihat
seseorang sebelah mata
Banyak
diantara kita yang kadang, menilai orang hanya dari fisik luarnya saja, dan
sedikit dari kita yang menilai dari hati nuraninya. Padahal fisik luar itu
tidak menjamin baik atau buruknya amalan. Yang menentukan adalah hatinya
Seperti
kita saat melihat seorang tukang sampah, mungkin ia adalah orang yang dipandang
sebelah mata. Namun dengan kerjanya itu lingkungan disekitar kita menjadi
bersih dan indah.
Agama kita
sudah melarang untuk meremehkan sesama muslim, agama kita mengajarkan untuk ber
ukhwah dengan baik, bersaudara dengan sesama muslim lainnya.
Allah
berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.” (Al-Hujurat:
10)
Maka
hendaknya kita memperlakukan sesama muslim itu layaknya saudara kita, yang
saling tolong menolong dalam ketaan dan kesbaran.
2.
Jangan
mudah menjastis seseorang
Kisah
diatas telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua, bahawa
seorang yang hina sekalipun dimata manusia, belum tentu hina dimata Allah.
Bisa jadi
ia buruk dimata manusia, dengan perilaku yang tidak baik, namun dia beriman dan
dicintai oleh Allah, siapa yang dapat mengotak atik jika Allah sudah cinta
dengan hambanya.
Karena
dalam hadist sudah dijelaskan: “Sesungguhnya
suatu amalan itu ditentukan di akhirnya.” (Al-Hadist)
Jadi, kita
tidak boleh sembarangan menjastis bahwa orang ini baik, dan orang itu buruk.
Bisa jadi pada awalnya ia buruk, namun pada akhirnya ia menjadi kekasih Allah swt.
Bisa jadi
juga ia di masa muda nya buruk, dengan narkoba dan minuman keras, namun pada
akhir hayatnya ia bersading dengan Al-Quran nul karim dan para jamaahnya yang
senantiasa mendoakan.
Wallahu a’lam bissowab
Ref : Muslimday.net
Penulis : Zain
Penulis : Zain