Rabu, 15 Juni 2016

Politisi "busuk"

Oleh : Budi Ichwayudi, M.Fil.I, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UINSA Surabaya
Sebenarnya penulis tidak ada niatan untuk menulis judul diatas, hal ini hanya karena kita sudah terlanjur disuguhi tontonan dari berbagai media massa utamanya di televisi tentang kepentingan-kepentingan sempit dari segelintir individu yang sedang duduk di parlemen, yaitu oknum anggota DPR pusat, yang dengan seenaknya mempermainkan kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompoknya sendiri, tanpa melihat ratusan jiwa rakyat indonesia yang sedang menunggu dalam memperjuangkan kesejahteraan rakyat.
PT. Freeport yang merupakan tambang emas terbesar di Indonesia yang terletak di Papua, ternyata dalam pelaksanaan kontrak karyanya masih banyak dicampuri urusan-urusan sempit individu tanpa melihat kepentingan yang lebih besar. Seharusnya para pemimpin bangsa sebagaimana kita melihat dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia bahwa para The Founding Father seperti Soekarno, Moh. Hatta, Sultan Syahrir dan banyak tokoh-tokoh yang lainnya dapat menjadi inspirator pemikiran tentang bagaimana menempatkan kepentingan rakyat diatas kepentingan pribadi atau golongan. Mereka telah bersusah payah mencurahkan pikiran dan tenaga untuk melepaskan dari berbagai belenggu kolonialisasi, tetapi sekarang justru para oknum anggota DPR justru sebaliknya menempatkan kepentingan pribadi atau golongan diatas kepentingan rakyat.
Sungguh miris bila melihat para anggota DPR Pusat yang berkonspirasi atau melakukan persekongkolan busuk tidak melihat kepentingan yang lebih besar. Bila ditinjau dalam kaca mata agama kita banyak menemukan literatur-literatur yang seharusnya dijadikan contoh dan panutan bagi seluruh anggota DPR di Indonesia, yaitu bila para Nabi melihat umatnya sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an : ‘azizun alaihi ma ‘anittum haritsun alaikum bil mukmina ra’ufur rahim, yaitu memandang umatnya dengan sangat “care” dan penuh rasa cinta kasih, sehingga para nabi rela meluangkan banyak waktunya agar umat yang dia pimpin mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia dan bahkan juga bahagia di akhirat. Kita melihat pula para ulama yang benar-benar memegang teguh nilai-nilai Islam melihat masyarakatnya dengan pandangan : “yandhuruna ilal ummah bi ‘ainir rahmah” , yaitu para ulama itu mereka memandang kepada masyarakatnya dengan wajah kasih sayang, maksudnya bahwa para ulama yang benar-benar ulama mereka rela membimbing masyarakat kepada kebaikan dan menunjukkan hal-hal yang harus dijauhi agar mereka selamat hidup di dunia dan akhirat, mereka sama sekali tidak mengharapkan pamrih dari manusia, hanya mengharap ridho Allah SWT semata.
Bila “potret” para Nabi dalam Islam serta para ulama kita sandingkan dengan “potret” para anggota DPR maka sudah seharusnya, anggota DPR menjadikan teladan para Nabi, para Ulama, bahkan juga para The Founding Father negara ini menjadi rujukan, setidaknya para anggota DPR menyadari bahwa kehidupan ini sesungguhnya tidak hanya di dunia ini saja tetapi ada hidup sesudah mati, dan mereka nanti harus mempertanggung jawabkan atas jabatan yang telah dia emban untuk kesejahteraan rakyat Indonesia dan untuk mencerdaskan rakyat Indonesia.
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel sebagai Universitas yang mulai diperhitungkan dalam kancah kehidupan masyarakat Jawa Timur khususnya, dan Indonesia pada umumnya, bahkan yang akan menjadi World Class University harus dapat menjadi contoh dan Pioner terdepan dalam mengenalkan dan menunjukkan bagaimana seharusnya menggabungkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, melalui konsep Twin Tower dan lambang Asma’ul Husna harus benar-benar berani untuk maju dan berperan dalam kehidupan keagamaan, kehidupan politik, sosial, budaya. Dapat mempersiapkan generasi yang tangguh dan memiliki skill serta dapat memberikan pengabdian yang terbaik kepada masyarakat luas. Semoga.
Referensi: http://www.uinsby.ac.id/kolom/id/149/politisi-busuk-

0 komentar:

Posting Komentar