Selasa, 14 Juni 2016

Eradikasi Penyakit Polio 2016

Oleh :  Dwi Rukma Santi, SST., M.Kes

Dosen Fakultas Psikologi & Kesehatan UINSA

Infeksi dengue atau lebih dikenal dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah merupakan penyakit yang menimbulkan masalah kesehatan masyarakat dengan angka kesakitan (morbiditas) yang cukup tinggi, menyebabkan kejadian luar biasa (KLB), dan kematian  (mortalitas) terutama pada anak-anak. Penyebaran infeksi dengue juga telah dilaporkan hampir dari semua negara yang terletak di sekitar garis khatulistiwa, baik Negara tropis maupun sub tropis. World Health Organization (WHO) mencanangkan strategi global dengan sasaran pada tahun 2020 semua negara endemis dengue dapat menurunkan angka mortalitas 50%, menurunkan angka morbiditas 25% (dari data dasar tahun 2010), dan pada tahun 2015 telah ditentukan true burden of dengue infection.
Indonesia termasuk Negara endemis DBD yang telah berhasil menurunkan angka kematian DBD dari 48,6% pada tahun 1968 menjadi 0,9% pada tahun 2013. Perlu diingat juga bahwa pola umur kejadian DBD sejak tahun 2000 telah bergeser pada kelompok umur yang lebih tua (dewasa), namun angka kematian lebih banyak dijumpai pada anak-anak. Beberapa faktor penyebab meningkatnya angka kesakitan akibat DBD, yaitu akibat urbanisasi, perumahan yang padat, banyak rumah kosong yang terlantar, peningkatan transportasi juga akan meningkatkan tempat perindukan dan penyebaran nyamuk.
Upaya mengurangi kepadatan nyamuk telah dilakukan sejak lama dengan cara 3M (menguras,menutup,menimbun), partisipasi masyarakat oleh kader desa melalui program COMBI (communication for behavioral impact), kerjasama lintas sektoral, dan masih banyak lagi program yang dilakukan oleh Kemenkes RI. Yang menjadi pokok permasalahan adalah program-program pemerintah tersebut harus dikerjakan secara terus menerus dan berkesinambungan serta tidak boleh lengah. Selama ini yang terjadi masyarakat sering lalai apabila kasus tidak terjadi.
Kematian akibat DBD pada umumnya disebabkan karena syok yang berkepanjangan atau syok berulang dan perdarahan yang seringkali disertai dengan ensefalopati. Diperkirakan 21.000 orang di seluruh dunia meninggal karena infeksi dengue tersebut. Lalu, bagaimana kita dapat menurunkan kesakitan dan kematian pada tahun 2020 dengan strategi yang selama ini dilakukan?
 Bagaimana Peran Vaksin Dengue?
Sejarah panjang penelitian tentang vaksin dengue Chimeric yellow fever dengue-tetravalent dengue vaccine (CYD-TDV) tampaknya mulai memasuki babak menggembirakan. Vaksin Dengue CYD-TDV bakal dirilis tahun 2017. Prof. Dr.dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K) salah seorang tim peneliti vaksin dengue memaparkan bahwa vaksin dengue ini bisa menekan jumlah kasus DBD sampai 60% pada kelompok usia anak 9 tahun. Serta dapat mengurangi jumlah penderita Dengue Syok Sindrom (DSS) berat stadium 3 hingga 70%. Disamping itu juga mengurangi angka perawatan hingga 70%, yang artinya dapat mengurangi beban biaya pemerintah secara ekonomi.
Penelitian tersebut dilakukan selama 15 tahun sejak tahun 2011 oleh lima Negara, yaitu Vietnam, Malaysia, Thailand, Singapura dan Indonesia. Vaksin ini tidak untuk anak dibawah 9 tahun, namun untuk anak usia 9 – 18 tahun. Saat ini masih menunggu proses surat perijinan dari Badan POM dan masih di uji bahaya serta efektivitasnya.
Harapan ke depan adalah bahwa pada tahun 2017 vaksin tersebut dapat diberikan layaknya imunisasi. Akan tetapi, pencegahan seperti 3M, partisipasi masyarakat oleh kader desa melalui program COMBI (communication for behavioral impact), kerjasama lintas sektoral yang sudah diprogramkan pemerintah melalui Kemenkes RI harus tetap jalan dan terintegrasi karena fungsi utama vaksin ini hanya untuk mengurangi angka kesakitan dengue.
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Imunisasi merupakan program yang efektif untuk mencegah penyakit DBD baik tingkat ringan maupun berat. Vaksin CYD-TDV diindikasikan pada umur 9 tahun atau lebih. Dapat disimpulkan bahwa Indonesia harus berupaya mencapai strategi global dalam penanggulangan infeksi dengue pada tahun 2020 dan vaksin CYD-TDV dapat dimasukkan dalam salah satu komponen upaya pencegahan infeksi dengue di masa yang akan datang.
  
Sumber :
  1. Hadinegoro, Sri Rezeki. Dengue Vaccine: does it need for Indonesia?. Jurnal Sari Pediatri. Vol.17.hal:7-12. Oktober 2015. ISSN 0854-7823.
  2. Warta PIT-7 IKA. Vaksin Dengue Dirilis 2017.Hal: 1, Edisi 4. Rabu 4 November 2015. 
  3.  http://www.uinsby.ac.id/kolom/id/164/eradikasi-penyakit-polio-2016

0 komentar:

Posting Komentar