Jumat, 30 September 2016

Tiga Sunari Yang Berhasil Lintas Merbabu Merapi


Tepat sebulan yang lalu rombongan kami dari komunitas pecinta alam rezpacker telah berhasil mendaki dua gunung sekaligus, yaitu Gunung Merbabu dan Gunung Merapi dengan durasi waktu kurang dari sepekan. Rombongan kami berjumlah tiga orang, antara lain saya, aisyah, dan lunas. Tepatnya pada 15 Agustus 2016 kami memulai perjalanan ini.

Hari pertama : Pukul 20:45 kami berangkat dari UIN Surabaya menuju terminal Purabaya, kemudian kami menaiki bus EKA jurusan Surabaya-Magelang dengan harga tiket per orang sebesar 117K, dengan bonus makan malam di Ngawi. Perjalanan kami terhenti di terminal magelang pada pukul 05:15. Disana kami akan melanjutkan perjalanan lagi dengan naik bus mini jurusan wekas dengan harga tiket 10K per orang.

Hari kedua :
Wekas, adalah nama daerah yang terletak di lereng gunung merbabu, kenapa kami berhenti di daerah itu, karena disana adalah salah satu akses pintu masuk perizinan untuk memulai pendakian gunung merbabu. Jarak gapura tepat bus berhenti dengan basecamp perizanan sejauh 5-6 km atau 1,5 jam kami tempuh dengan berjalan kaki.

Karena ojek disana lumayan mahal, bisa jadi per orang sebesar 25K, tanpa tawar. Setelah kami registrasi dengan harga tiket pendakian per orang sebesar 10K,  kami packing peralatan dan logistik sambil ngopi di basecamp. Untuk registrasinya per orang 5K, bisa dibilang murah, karena di gunung-gunung yang sudah populer seperti Semeru, tiketnya saja sudah mencapai 22,5K per orang dan per hari pula.

Dan kami pun memulai perjalanan pukul 08:00, dengan tekat yang masih kuat, sebelum sampai ke tiap posnya, kami berjalan pelan tapi pasti, mengingat track yang kami lalui sangat kejam, minim sekali flat (dataran), sehingga kami pun cukup kelelahan dan kelaparan. Disamping itu, hujan turun gerimis membuat perjalanan semakin berkesan, rintik hujan memuntun kami terus maju kedepan.

Setibanya di pos 3 pukul 17:00, kami beregas mendirikan tenda karena hujan semakin deras saja. Aisyah yang dari bawah mengeluh tas nya berat pun, akhirnya tepar juga ketika sudah di dalam tenda. Tanpa jaket standar, tanpa sleeping bag, hanya berkemulkan double sarung atlas dan beralaskan matras, dia tidur sambil menggigil pelan.

Suasana malam itu mendung dan dingin. Para anggota kurang bisa merasakan tidur nyenyak. Akhirnya pagi yang ditunggu itu pun tiba, dengan cahaya yang masih belum sepenuhnya keluar dari singgasananya, kami berfoto ria, menikmati sunrise di gunung Merbabu yang mempesona. Udara dingin bercampur panas matahari semakin menentramkan hati.

Hari ke tiga :
Kami memulainya dengan menjemur semua pakian dan tas yang telah basah akibat hujan kemarin, mendirikan jemuran dengan peralatan yang ada dan membuka menu untuk sarapan pagi, yaitu sambal terong dan tempe, karena apapun itu jenis makannya minumnya teh botol sosro, eh salah, tapi akan terasa nikmat jika berada di gunung dan memakannya secara bersamaan, nice.

Hari ini kita akan summit, dengan harapan semoga summit kali ini berjalan lancar, tanpa kendala suatu apapun, ‘Berdoa mulai’, “kata Lunas. Semua peralatan, baik tenda, carrier, dan barang-barang lainnya akan kita bawa ke puncak Kenteng Songo (puncak merbabu), karena kita akan melewati jalur yang berbeda.

Setibanya di puncak pukul 13:00, dengan suasana yang indah, sedikit berkabut namun cerah. Kami berfoto-foto, bergantian, dan menuliskan pesanan nama yang sudah di siapkan untuk difoto di puncak Merbabu. Terutama bagi aisyah, yang kebanjiran orderan nama dari teman-temannya. Tujuan kami telah terwujud, di atas awan jawa tengah. Kami bersyukur upaya kami dari rumah hingga saat ini tidak sia-sia.

Mengingat kami akan langsung turun ke basecamp selo, dan tidak akan menginap semalam lagi di sini. Maka kami bergegas turun ke basecamp selo, agar besok kembali bugar, untuk melanjutkan perjalanan kami kembali ke Gunung Merapi.

Kami tiba di basecamp selo puluk 20:00, dengan kaki yang sudah kaku. Karena pendakian dua hari yang kami lalui. Sebenernya kami sudah merasa lelah, tapi tekat kami kembali membaja, untuk menjelajahi Gunung Merapi esok. Semoga tekat ini akan terus terjaga hingga pagi tiba.

Alarm kami berdengung, menandakan pukul 05:00 waktunya sholat subuh, walaupun agak terlambat sedikit, tapi kewajiban ini harus ditunaikan dimanapun kita berada, right. Saya bangkit dari tempat tidur dan menghirup udara pagi yang segar, sambil pemanasan sebelum melanjutkan pendakian menuju puncak Merapi.

Pukul 09:00 kami bersiap menuju ke basecamp barameru, di desa newselo, jaraknya kira-kira 7-8 km, rencana awal kami akan berjalan kaki, namun setelah ada kesempatan menaiki kendaraan pick up, join dengan rombongan dari Bintaro, kami memutuskan untuk naik pick up saja, mengingat fisik kami yang sudah lelah ditambah tekat kami untuk sampai di puncak Merapi.

20 Menit perjalanan di atas pick up, melewati desa-desa yang kontur jalannya naik turun, dan di kelilingi oleh hasil pertanian masyarakat sekitar. Kami semakin semangat untuk mendaki gunung Merapi. Setibanya di basecamp Barameru, kami menunaikan sarapan pagi, dan menyiapkan perbekalan, melanjutkan perjalanan bersama rombongan dari bintaro pukul 11:00.

Medan yang kami lalui sangat menguras tenaga, disamping tidak ada sumber air, tracknya nyaris tanpa flat (dataran). Tapi semua itu kami lalui dengan seru-seruan bersama teman dari bintaro, sehingga rasa lelah kami hilang seketika. Rencananya kita akan mendirikan tenda di pasar bubrah. Namun ternyata target kita di luar prediksi. Hari semakin larut dan kita masih berada di pos 2. Maka kita sepakat untuk mendirikan tenda di pos 2, dan melanjutkan summit esok hari.

Malam itu udara dinginnya tidak menusuk seperti kemarin, cuaca cerah, bintang-bintang berhamburan di langit. Kita masih sempat melihat kota jogya dari pos 2, barisan lampu-lampu kota yang menyala. Karena tenda kita di persatukan dengan tenda teman bintaro, maka yang bertugas memasak malam itu adalah teman-teman dari bintaro, dengan menu andalannya yaitu, semur jengkol, yuu nyami.

Hari ke empat :
Pagi telah tiba, sinar matahari menyingsing keluar dari tempat persembunyianya. Setelah sarapan untuk mengisi energi, saya, lunas, aisyah, bewok, dan kiki. Berdoa agar summit kali ini berjalan lancar, tanpa suatu halangan apapun. Tiba di puncak Garuda (puncak gunung merapi), pukul 10:00. Kami mengibarkan sang merah putih dengan gagah.

Setelah selesi berfoto-foto, kami turun menuju tenda. Kemudian makan siang dan bergegas turun ke basecamp barameru. Saya merasa sudah sangat lelah kepayah. Akirnya saya memutuskan untuk berjalan pelan di barisan paling belakang rombongan. Pelan tapi pasti itu motto saya. Tiba di basecamp barameru pukul 14:00. Menunggu jemputan pick up untuk diantar ke terminal boyolali.

Perlu diingat, perjalanan kami tidak terhenti di sini, kami akan melanjutkan perjalanan ini ke Yogyakarta, di jalan malioboro itulah tujuan kami selanjutnya. Setibanya di terminal boyolali, kami lantas menyewa mobil carteran dengan rombongan dari garut. Karena tujuan kami sama, ingin pergi ke jogya juga. Tiba di jl. Malioboro kami langsung bergegas turun dari trans, dan pergi mencari makan untuk dinner.

Nasi yang goreng adalah pilihan kami waktu itu, seperti biasa, kami kembali menghitung budget yang tersisa, dan ternyata budget kami semakin mengenaskan, duit yang tersisah hanya bisa dibuat naik bus saja. Malam itu, kami gelisah. Mencari-cari cara untuk alas tidur malam ini. Setelah lama berputar-putar akhirnya kami menemukan sebuah masjid di samping jalan.

Kami berniat untuk tidur semalam melepas lelah yang tak bisa di kompromi lagi, namun di masjid tersebut ada satpam yang berjaga, dan kami pun menemuinya untuk meminta izin singgah semalam. pak satpam menyetujuinya, dengan syarat menunjukkan KTP dan harus bangun ketika adzan subuh berkumandang, kamipun lekas menyetujui persyaratan satpam tersebut.

Hari ke lima :
Kami membersihkan badan yang lengket oleh keringat sejak 4 hari yang lalu, dan bersiap mengelilingi sudut-sudut kota Yogyakarta yang kental dengan budaya. Kami berjalan kaki dengan berfoto-foto di setiap bangungan yang menarik di sepanjang jalan. Langkah kami terhenti di halte trans, karena sudah waktunya kami pulang kerumah masing-masing.

Pukul 10:00 trans kami berangkat menuju terminal Giwangan, lantas kami melanjutkan perjalanan dengan menaiki bus Sugeng Rahayu tujuan Yogya-surabaya, dengan harga tiket 55 per orang. Tidak kami sia-siakan waktu dialam bus, kami beristirahat sepanjang hari di dalamnya. Karena perjalanan dari yogya ke Surabaya cukup menguras waktu, sekitar 8 jam perjalanan.

Tepat ketika Adzan isya kami tiba di terminal purabaya, kami bersyukur karena masih dapat kembali di kampung halaman dengan sehat, tanpa kurang apapun, kecuali duit. Karena yang terpenting dari esensi pendakian adalah berangkat sampai hinggs pulang dalam keadaan selamat. Dan restu orang tua itu memang sangat di andalkan, karena doanya selalu mengangkasa tanpa sekalipun kita minta, doanya lebih di dengar oleh sang maha kuasa.

Jadi, mendakilah kenapaun kalian mau, jelajahi alam Indonesia yang luas dan indah ini. Ambil pelajaran dari setiap perjalanan kalian, dan selalulah meminta restu kepada orang tua, agar perjalananmu semakin tenang dan berkah.



0 komentar:

Posting Komentar